8 Puisi Cinta Karya Sastrawan Tanah Air Ini Bakal Buatmu Klepek

8 Puisi Cinta Karya Sastrawan Tanah Air Ini Bakal Buatmu Klepek

Brilio.net - Siapa saja sastrawan Tanah Air yang kamu kenal? Karya sastra adalah salah satu bentuk penuangan tentang kritik sosial, baik itu kepada masyarakat ataupun kepada pemerintah.

Kejadian sehari-hari adalah bahan bagi sastrawan untuk membuat karya. Bisa berupa novel, cerpen, puisi, dan lainnya.

Puisi-puisi indah dapat tercipta dari tangan mereka. Romantis lagi maknawi. Meskipun tak tahu arti sebenarnya sesuai maksud pengarang, namun kata-kata puitis itu mampu dinikmati karena begitu indah.

Berikut beberapa puisi dari sastrawan ternama Tanah Air yang bakal membuatmu klepek-klepek, dirilis brilio.net dari berbagai sumber, Senin (19/12).

1. TAPI (Sutardji Calzoum Bachri)

foto: luqmansastra.com

aku bawakan bunga padamu-tapi kau bilang masih-aku bawakan resahku padamu-tapi kau bilang hanya-aku bawakan darahku padamu-tapi kau bilang cuma-aku bawakan mimpiku padamu-tapi kau bilang meski-aku bawakan dukaku padamu-tapi kau bilang tapi-aku bawakan mayatku padamu-tapi kau bilang hampir-aku bawakan arwahku padamu-tapi kau bilang kalau-tanpa apa aku datang padamu-wah !

sumber: orb.web.id

2. AKU INGIN (Sapardi Djoko Damono)

foto: wangihujan.blogspot.co.id

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana-dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu-kepada api yang menjadikannya abu.

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana-dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan-kepada hujan yang menjadikannya tiada.

sumber: curiousnarm.blogspot.co.id

3. PUISI (Korrie Layun Rampan)

foto: Alchetron

Jalan ini berdebu, kekasih-Terbentang di padang rasa-Enam belas matahari memanah dari enam belas ufuk-Siang pun garang sepanjang kulminasi

Bahak malam mengikut pelan langkah tertatih-Ketipak bulan putih-Di taman kekasih

Pengantinku-Antara kerikil dan pasir merah-Tersembunyi jejak-jejak yang singgah

sumber: kumpulan-puisi.com

4. KESADARAN (Armijn Pane)

foto: Wikipedia

Pada kepalaku sudah direka,-Mahkota bunga kekal belaka,-Aku sudah jadi merdeka,-Sudah mendapat bahagia baka.

Aku melayang kelangit bintang,-Dengan mata yang bercaya-caya,-Punah sudah apa melintang,-Apa yang dulu mengikat saya.

Mari kekasih, jangan ragu-Mencari jalan; aku mendahului,-Adinda kini-Mari, kekasih, turut daku-Terbang kesana, dengan melalui,-Hati sendiri

sumber: kumpulan-puisi.com

5. TAMAN DUNIA (Asrul Sani)

foto: budiwibawa's blog

Kau masukkan aku ke dalam taman- dunia, kekasihku !-kaupimpin jariku, kautunjukkan bunga tertawa, kuntum tersenyum.-kau tundukkan huluku tegak, mencium wangi tersembunyi sepi.-Kau gemalaikan di pipiku rindu daun beldu melunak lemah.

Tercengang aku takjub, terdiam.-berbisik engkau:-"Taman swarga, taman swarga mutiara rupa".-Engkaupun lenyap.-Termanggu aku gilakan rupa.

sumber: kumpulan-puisi.com

6. CINTAKU JAUH DI PULAU (Chairil Anwar)

foto: Wikipedia

Cintaku jauh di pulau,-gadis manis, sekarang iseng sendiri

Perahu melancar, bulan memancar,-di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar.-angin membantu, laut terang, tapi terasa-aku tidak 'kan sampai padanya.

Di air yang tenang, di angin mendayu,-di perasaan penghabisan segala melaju-Ajal bertakhta, sambil berkata:-"Tujukan perahu ke pangkuanku saja,"

Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!-Perahu yang bersama 'kan merapuh!-Mengapa Ajal memanggil dulu-Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!

Manisku jauh di pulau,-kalau 'ku mati, dia mati iseng sendiri.

sumber: kumpulan-puisi.com

7. SAJAK PUTIH (Chairil Anwar)

foto: Wikipedia

Buat tunanganku Mirat

Bersandar pada tari warna pelangi -Kau depanku bertudung sutra senja -Di hitam matamu kembang mawar dan melati -Harum rambutmu mengalun bergelut senda

Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba -Meriak muka air kolam jiwa -dan dalam dadaku memerdu lagu -Menarik menari seluruh aku

Hidup dari hidupku, pintu terbuka -Selama matamu bagiku menengadah -Selama kau darah mengalir dari luka -Antara kita Mati datang tidak membelah…

Buat miratku, Ratuku! kubentuk dunia sendiri, -dan kuberi jiwa segala yang dikira orang mati di -alam ini! -Kucuplah aku terus, kucuplah -Dan semburkanlah tenaga dan hidup dalam tubuhku…

sumber: sastrabanget.com

8. SURAT CINTA (W.S Rendra)

foto: Indonesian Film Center

Kutulis surat ini

kala hujan gerimis

bagai bunyi tambur mainan

anak-anak peri dunia yang gaib.

Dan angin mendesah

mengeluh dan mendesah

Wahai, Dik Narti,

aku cinta kepadamu!

Kutulis surat ini

kala langit menangis

dan dua ekor belibis

bercintaan dalam kolam

bagai dua anak nakal

jenaka dan manis

mengibaskan ekor

serta menggetarkan bulu-bulunya.

Wahai, Dik Narti,

kupinang kau menjadi istriku!

Kaki-kaki hujan yang runcing

menyentuhkan ujungnya di bumi.

Kaki-kaki cinta yang tegas

bagai logam berat gemerlapan

menempuh ke muka

dan tak’kan kunjung diundurkan.

Selusin malaikat

telah turun

di kala hujan gerimis.

Di muka kaca jendela

mereka berkaca dan mencuci rambutnya

untuk ke pesta.

Wahai, Dik Narti,

dengan pakaian pengantin yang anggun

bung-bunga serta keris keramat

aku ingin membimbingmu ke altar

untuk dikawinkan.

Aku melamarmu.

Kau tahu dari dulu:

tiada lebih buruk

dan tiada lebih baik

daripada yang lain….

penyair dari kehidupan sehari-hari,

orang yang bermula dari kata

kata yang bermula dari

kehidupan, pikir dan rasa.

Semangat kehidupan yang kuat

bagai berjuta-juta jarum alit

menusuki kulit langit:

kantong rejeki dan restu wingit.

Lalu tumpahlah gerimis.

Angin dan cinta

mendesah dalam gerimis.

Semangat cintaku yang kuat

bagai seribu tangan gaib

menyebarkan seribu jarring

menyergap hatimu

yang selalu tersenyum padaku.

Engkau adalah putri duyung

tawananku.

Putri duyung dengan suara merdu lembut

bagai angin laut,

mendesahlah bagiku!

Angin mendesah

selalu mendesah

dengan ratapnya yang merdu.

Engkau adalah putri duyung

tergolek lemas

mengejap-ngejapkan matanya yang indah

dalam jaringku.

Wahai, Putri Duyung,

aku menjaringmu

aku melamarmu

Kutulis surat ini

kala hujan gerimis

karena langit

gadis manja dan manis

menangis minta mainan.

Dua anak lelaki nakal bersenda gurau dalam selokan

dan langit iri melihatnya.

Wahai, Dik Narti,

kuingin dikau

menjadi ibu anak-anakku!

sumber: sastrabanget.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar